A. Kedudukan
Titik-Titik Dan Jarak Antara Dua Titik
Konsep titik diperkenalkan dalam geometri Euclid sebagai elemen yang tidak didefinisikan dan tidak memiliki dimensi panjang. Untuk menentukan letak/posisi suatu titik pada suatu bidang datar diperlukan suatu patokan mula. Patokan mula dapat diambil dari dua garis yang saling tegak lurus.
Dua garis yang saling tegak lurus pada umumnya berupa garis horizontal (sumbu x) dan garis vertical (sumbu y). Sumbu-sumbu koordinat, yaitu sumbu x dan sumbu y membagi bidang datar menjadi 4 daerah yang masing-masing disebut kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV.
Konsep titik diperkenalkan dalam geometri Euclid sebagai elemen yang tidak didefinisikan dan tidak memiliki dimensi panjang. Untuk menentukan letak/posisi suatu titik pada suatu bidang datar diperlukan suatu patokan mula. Patokan mula dapat diambil dari dua garis yang saling tegak lurus.
Dua garis yang saling tegak lurus pada umumnya berupa garis horizontal (sumbu x) dan garis vertical (sumbu y). Sumbu-sumbu koordinat, yaitu sumbu x dan sumbu y membagi bidang datar menjadi 4 daerah yang masing-masing disebut kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV.
Teorema 1.1
Jika diketahui suatu titik P dan terdapat kedudukan titik-titik yang berjarak sama yaitu dimisalkan dengan d dari sebuah titik P, maka kedudukan titik-titik tersebut akan membentuk suatu lingkaran yang berpusat di P dengan jarak atau jari-jari d.
Jika diketahui suatu titik P dan terdapat kedudukan titik-titik yang berjarak sama yaitu dimisalkan dengan d dari sebuah titik P, maka kedudukan titik-titik tersebut akan membentuk suatu lingkaran yang berpusat di P dengan jarak atau jari-jari d.
Teorema 1.2
Jika diketahui suatu garis l dan terdapat kedudukan titik-titik yang berjarak sama yaitu dimisalkan dengan d, maka kedudukan titik-titik tersebut akan membentuk suatu garis yang sejajar dengan garis l.
Teorema 1.3
Jika diketahui dua titik yaitu titik P dan titik Q sehingga membentuk suatu ruas garis dan terdapat kedudukan titik-titik yang berjarak sama diantara titik P dan titik Q, maka kedudukan titik-titik tersebut akan membentuk suatu garis yang tegak lurus terhadap ruas garis dan membagi ruas garis menjadi dua bagian sama besar.
Teorema 1.4
Jika diketahui dua garis yang sejajar yaitu garis l1 dan garis l2 dan terdapat kedudukan titik-titik yang berjarak sama dengan kedua garis tersebut, maka kedudukan titik-titik tersebut akan membentuk suatu garis yang sejajar dengan garis l1 dan garis l2 dan terletak diantara garis l1 dan garis l2.
Jika diketahui dua garis yang sejajar yaitu garis l1 dan garis l2 dan terdapat kedudukan titik-titik yang berjarak sama dengan kedua garis tersebut, maka kedudukan titik-titik tersebut akan membentuk suatu garis yang sejajar dengan garis l1 dan garis l2 dan terletak diantara garis l1 dan garis l2.
Teorema 1.5
Jika diketahui dua
garis l1 dan garis l2 yang
saling berpotongan dan terdapat kedudukan titik-titik yang berjarak sama
terhadap dua garis tersebut, maka kedudukan titik-titik tersebut akan membentuk
sepasang ruas garis (bisector) yang membagi dua sama besar sudut-sudut
yang dibentuk oleh garis l1 dan garis l2.
Teorema 1.6
Jika diketahui dua
sisi pada sebuah sudut, dan terdapat kedudukan titik-titik yang berjarak sama
terhadap kedua sisi tersebut, maka kedudukan titik-titik tersebut akan
membentuk sebuah garis yang membagi dua sudut tersebut sama besar.
Teorema 1.7
Jika
diketahui dua lingkaran A dan B yang bersifat
konsentris (lingkaran yang memiliki titik pusat yang sama)
dan terdapat kedudukan titik-titik yang berjarak sama dari kedua lingkaran
tersebut, maka kedudukan titik-titik tersebut akan membentuk sebuah lingkaran
baru yang berada diantara lingkaran A dan B dan
saling konsentris.
Teorema 1.8
Jika
diketahui sebuah lingkaran k yang berpusat di A, dan terdapat
kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap lingkaran k. Maka
kedudukan titik-titik tersebut akan membentuk dua buah lingkaran yang berada di
dalam dan di luar lingkaran k dan saling konsentris.
Teorema 1.9
Jika
diketahui sebuah lingkaran lyang berpusat di A, yang
berjari-jari kurang dari jarak kedudukan titik-titik terhadap titik pusat A.
Maka kedudukan titik-titik tersebut akan membentuk sebuah lingkaran yang berada
diluar lingakaran l dan saling konsentris.
Contoh :
Terdapat dua buah
pelampung pada sebuah danau. Seorang perenang berenang di danau tersebut
sedemikian sehingga ia selalu berjarak tetap (konstan) terhadap kedua pelampung
tersebut. Deskripsikan jalur renang yang ditempuh oleh perenang tersebut.
Tahap pemecahan
masalah :
1)
Understanding the
Problem
a. Nyatakan masalah
dengan kalimatmu sendiri !
Misalkan kedua pelampung adalah titik A
dan B dan perenang adalah titik C
Misalkan jarak C ke A adalah dAC dan
jarak C ke B adalah dCB.
Maka posisi perenang yaitu C terhadap A
dan B adalah kumpulan titik-titik sehingga dCA dan dCB selalu
tetap. Berbentuk apakah kumpulan titik-titik tersebut ?
b.
Tentukan apa saja yang akan
ditemukan/dicari/diselesaikan!
Bentuk kumpulan titik-titik sehingga dCA dan
dCB selalu tetap.
c. Apa
saja yang tidak diketahui dari permasalahan itu ?
Jarak titik A ke B
d. Informasi
apa saja yang kamu peroleh dari permasalahan itu ?
Titik A dan B berbeda posisi.
Jarak dCA dan dCB selalu
tetap yaitu dCA = dCB untuk meskipun posisi C
berubah-ubah.
2) Devising a Plan
Strategi pemecahan masalah yang mungkin
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah:
a.
Membuat diagram / gambar.
Menggambarkan posisi titik A, B, dan C
sesuai kondisi masalah.
b.
Menguji masalah yang relevan dan
memeriksanya apa dapat digunakan.
Memeriksa jika ada satu atau lebih
teorema dasar kedudukan titik yang menyerupai masalah ini.
3)
Carrying Out the Plan
a.
Membuat diagram / gambar
b.
Memeriksa jika ada teorema kedudukan
titik yang sesuai
Teorema 1.3 :
Kedudukan titik-titik yang berjarak sama (equidistant) dari dua buah
titik P dan Q adalah sebuah ruas garis (disebut perpendicular bisector).
yang tegak lurus terhadap ruas garis dan membagi menjadi dua
bagian sama besar.
Berdasarkan gambar dan teorema tersebut
maka kedudukan perenang terhadap kedua pelampung tersebut dapat dideskripsikan
sebagai sebuah garis yang tegak lurus terhadap ruas garis yang menghubungkan
kedua pelampung yaitu dan membagi ruas garis menjadi dua bagian sama
panjangseperti digambarkan sebagai berikut.
4)
Looking Back
Langkah terakhir pemecahan masalah
adalah memeriksa kembali jawaban atau solusi terhadap permasalahan sebenarnya
dengan cara:
a. Menginterpretasikan
penyelesaian permasalahan ini berdasarkan argumentasi (reasonable)
dengan menggunakan koordinat dan aljabar.
Misalkan koordinat titik C(x, y) di
mana dCA = dCB dengan koordinat A(xa,
ya) dan B(xb, yb) maka dapat dibuktikan untuk
posisi C di C1(x1, y1), C2(x2,
y2), … Cn(xn, yn) yaitu :
(a)
jika ruas garis tegak lurus sumbu x maka y1 = y2 =
… = yn
(b)
jika ruas garis tegak lurus sumbu y maka x1 = x2 =
… = xn
B.
Sistem Koordinat Kartesius
Koordinat kartesius
adalah suatu bidang koordinat yang dibentuk oleh dua buah garis yaitu garis x
(sumbu x) yang mendatar dan garis y (sumbu y) yang tegak, yang saling
berpotongan. Penemu koordinat kartesius adalah Descartes. Dalam menentukan
posisi suatu titik pada suatu bidang datar kita memerlukan koordinat kartesius
tegak lurus. Dengan adanya koordinat kartesius ini, dapat mempermudah dan
menyederhanakan permasalahan/ konsep-konsep aljabar dan geometri.
Sumber
:
Catatan
Kuliah , Modul Belajar
Sukirman,
1994, Geometri Analitik Bidang Dan Ruang, Jakarta : Universitas Terbuka.
0 komentar:
Posting Komentar